Di eropa, klub yang memiliki image mendunia seperti Real Madrid atau Manchester United, memperoleh pundi-pundi yang besar dari sponsor yang terpampang di dada mereka. Man U konon memperoleh setidaknya 80 juta pounds dari sponsor mereka untuk empat musim. Keuntungan masih bertambah bila kita juga menghitung berapa juta orang yang membeli jersey Man U di seantero jagat.
Klub asia juga tidak mau kalah. Hampir semua klub mempunyai sponsornya masing-masing. Contohnya tidak usah jauh ke negara kaya, kita contoh saja tetangga kita, Thailand. Hampir semua klub sepakbola di negeri gajah putih memiliki sponsor. Klub papan atas seperti Muangthong United, Chonburi, atau Bangkok Glass berhasil memperoleh banyak dana segar dari kerjasama sponsorship dengan berbagai produk. Muangthong United, memperoleh dana cukup besar dari salah satu produk sepeda motor sebesar 100 juta baht untuk 3 tahun, atau sekitar 10 milyar rupiah per musimnya. Cukup menggiurkan bukan?
Bagaimana dengan Indonesia??? Yah profesionalisme sepakbola sepertinya masih sebatas retorika belaka. Hampir semua klub tidak memiliki sponsor. Padahal pangsa pasar yang ada sungguh besar. Bayangkan, sepakbola merupakan olahraga utama negeri ini. Setiap pertandingan hampir sesak semua stadion dipenuhi supporter. Sungguh disayangkan keuntungan-keuntungan tersebut masih belum dapat dimanfaatkan oleh klub lokal sebagai alternatif untuk melepaskan diri dari APBD. Hanya satu atau dua klub saja yang mandiri di negeri ini, sungguh terlalu.
Klub asia juga tidak mau kalah. Hampir semua klub mempunyai sponsornya masing-masing. Contohnya tidak usah jauh ke negara kaya, kita contoh saja tetangga kita, Thailand. Hampir semua klub sepakbola di negeri gajah putih memiliki sponsor. Klub papan atas seperti Muangthong United, Chonburi, atau Bangkok Glass berhasil memperoleh banyak dana segar dari kerjasama sponsorship dengan berbagai produk. Muangthong United, memperoleh dana cukup besar dari salah satu produk sepeda motor sebesar 100 juta baht untuk 3 tahun, atau sekitar 10 milyar rupiah per musimnya. Cukup menggiurkan bukan?
Bagaimana dengan Indonesia??? Yah profesionalisme sepakbola sepertinya masih sebatas retorika belaka. Hampir semua klub tidak memiliki sponsor. Padahal pangsa pasar yang ada sungguh besar. Bayangkan, sepakbola merupakan olahraga utama negeri ini. Setiap pertandingan hampir sesak semua stadion dipenuhi supporter. Sungguh disayangkan keuntungan-keuntungan tersebut masih belum dapat dimanfaatkan oleh klub lokal sebagai alternatif untuk melepaskan diri dari APBD. Hanya satu atau dua klub saja yang mandiri di negeri ini, sungguh terlalu.